Ketua Dewan Pers Republik Indonesia, Prof. Komaruddin Hidayat, hadir secara virtual dari Jakarta sebagai pembicara kunci. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya membangun ekosistem informasi yang sehat di tengah derasnya arus digitalisasi. “Informasi tidak boleh menjadi ruang tanpa etika. Mahasiswa harus mampu membedakan antara kebebasan berpendapat dan disinformasi. Literasi moral adalah fondasi bagi masa depan demokrasi informasi,” ujarnya.
Diskusi panel turut menghadirkan Anggota Dewan Pers, Dr. Rosarita Niken Widiastuti; Ketua AJI Pontianak, Rendra Oxtora; dan Kepala Media Center Unika Santo Agustinus Hippo, Trio Kurniawan, M.Fil., dengan moderator Michael Carlos Kodoati, S.Fil., S.H., M.Fil.
Dr. Niken mengingatkan pentingnya bijak bermedia sosial. “Jejak digital tidak bisa dihapus. Bagi jurnalis, pahami UU Pers dan kode etik jurnalistik, serta jangan bergantung pada kecerdasan buatan yang dapat mengikis daya kritis,” tegasnya. Sementara Rendra Oxtora menekankan perlunya menjaga independensi jurnalisme dan aktif melawan hoaks serta ujaran kebencian.
Wakil Rektor Umum Unika Santo Agustinus Hippo, Brigjen Pol (Purn) L. Dwiyanto, M.Si., menyebut kuliah umum ini sebagai momentum meneguhkan nilai OBOR — Orisinalitas, Berani, Oportunitas, dan Refleksi — dalam membentuk karakter mahasiswa yang kritis dan beretika.
Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata, doa bersama, dan sesi foto. Moderator Michael Carlos berharap kegiatan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk terus berpikir dengan logika dan hati nurani di tengah derasnya arus informasi. (*)
Diterbitkan oleh Wartalandak.net (Ya' Syahdan).
