Warga Desa Serimbu Keluhkan Kelangkaan Gas Melon
(NGABANG), WARTALANDAK. NET
Masyarakat Desa Serimbu Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak mengeluhkan mahalnya harga gas elpiji ukuran 3 Kg (melon). Di wilayah tersebut, harga gas melon itu menembus harga Rp. 50 ribu per tabung.
Menurut salah satu masyarakat setempat, Mayanti mengatakan, sebelumnya harga gas melon di Desa tersebut berkisar antara Rp. 22 ribu hingga Rp. 25 ribu.
"Namun selama gas melon itu langka sudah beberapa hari ini, harga gas itu mencapai Rp. 35 ribuan. Tapi sekarang naik menjadi Rp. 40 ribu hingga Rp. 50 ribu per tabung," ujar ibu rumah tangga ini melalui facebook, Rabu (26/12/2018).
Diakuinya, disamping harga yang melambung tinggi, gas melon di Desa Serimbu khususnya dan Kecamatan Air Besar umumnya, juga mengalami kelangkaan.
"Saya tidak tau kemana larinya gas 3 Kg itu. Kamipun sudah mulai putus asa dengan sulitnya mencari gas 3 Kg itu. Bahkan, kamipun mulai berpikir untuk memakai kayu bakar untuk masak," akunya.
Ia berharap, Pemerintah bisa merespon mahal dan langkanya gas melon itu.
"Jika ada penjual yang menjual dengan harga tinggi, kita minta Pemerintah bisa mengambil sikap. Demikian juga jika terjadi penimbunan, Pemerintah bisa mengambil tindakan tegas," harapnya.
Menanggapi keluhan masyarakat tersebut, Sekda Landak, Vinsensius mengatakan, sesuai aturan harga jual gas elpiji dari Pempus, Pemprov Kalbar dan Pemkab Landak memang tidak ada kenaikan harga gas, khususnya ukuran 3 Kg.
"Harga jual gas elpiji ukuran 3 Kg tetap Rp 18 ribu per tabung. Harga itu sudah didistribusikan dari pangkalan ke pengecer. Hanya, ada peluang spekulan dadakan yang muncul jelang hari raya Natal dan tahun baru. Mereka coba-coba menaikan harga diatas Rp. 18 ribu per tabung," ujar Vinsensius.
Dijelaskannya, dikarenakan adanya hukum ekonomi, semakin sedikit barang, banyak permintaan, hargapun naik.
"Padahal sebenarnya barang itu tetap. Hanya dibuat sedikit oleh spekulan dadakan yang hanya spekulan musiman saja," akunya.
Menurut Sekda, belum lama ini Pemkab Landak sudah melakukan Operasi Pasar (OP) di Pahauman dan Senakin Kecamatan Sengah Temila. Pemkab bekerjasama dengan tim Satgas Pangan Landak menggelar OP gas melon dengan harga yang normal.
"Kita tinggal setiap saat mengawasinya saja harga jual gas itu," katanya.
Ditanya masih adanya ASN dilingkungan Pemkab Landak yang menggunakan gas melon, ia mengatakan hal itu situasional juga.
"Sebab, ASN inikan juga manusia. Para pedagang juga manusia. Dalam situasi sangat memerlukan saat ini, kemudian keperluan dari masyarakat itu sangat tinggi, sedangkan barang yang sebenarnya cukup tapi distribusinya terbatas karena waktu dan sebagainya, mau tak mau kita kan cari pilihan. Inipun bersifat situasional. Jadi minta dipahamilah ASN atau pedagang menggunakan itu. Apalagi untuk keperluan Natal dan tahun baru," ucapnya.
Ia mengaku, ASN di Landak memang sudah diwajibkan memakai gas ukuran 5 Kg berwarna pink.
"Hanya saja dalam situasi menjelang Natal dan tahun baru ini, kadang-kadang kita perlunya satu, tapi kadang keperluan didapur itu lima sampai enam tabung gas, ya udah kita coba cari opsi lain. Kalau hanya mengandalkan satu gas, jelas tidak cukup," ungkapnya.
Ia mengakui, memang ada upaya untuk mengatasi penjualan harga gas yang teramat tinggi itu. Upaya tersebut seperti pengawasan, pengawalan dan pengendalian yang lebih intensif dari hari normal.
"Sekitar dua minggu ini, keberadaan gas 3 Kg di Landak memang tidak normal seperti hari biasa. Tapi kita sudah melakukan pengawasan secara intensif," terangnya.
Ia menambahkan, setiap saat Pemkab Landak memang melakukam sidak ketersediaan gas elpiji, termasuk harganya.
"Kalau ada rumah makan, kafe, restoran serta usaha menengah keatas lainnya yang menggunakan gas 3 Kg, kita sarankan tidak menggunakan gas elpiji itu. Ini demi kebaikan bersama. Sesuai aturan main, dia sudah melanggar aturan. Sanksinya seperti denda sampai kepada pencabutan izin usahanya," tegas Vinsen. (ril/dz)