(PONTIANAK), WARTALANDAK.NET – Pendidikan tinggi di Kalimantan Barat menghadapi tantangan besar dalam menarik minat generasi usia produktif untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Banyak generasi muda memilih bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit, yang menjadi sektor ekonomi dominan di provinsi ini. Dengan luas wilayah mencapai 147.307 km² dan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menunjukkan luas areal perkebunan sawit mencapai 1.467.863 hektar pada 2023, peluang kerja di sektor ini sering dianggap lebih menarik dibandingkan pendidikan tinggi.
Menurut data BPS tahun 2022, jumlah mahasiswa di 11 perguruan tinggi di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya mencapai 45.678 orang. Faktor utama yang menyebabkan rendahnya partisipasi ini meliputi kurangnya kesadaran akan manfaat jangka panjang pendidikan tinggi, terutama di daerah pedalaman, serta tingginya biaya pendidikan yang masih menjadi hambatan bagi banyak keluarga.
Meskipun program beasiswa tersedia dari pemerintah dan lembaga swasta, distribusi informasi tentang beasiswa ini dinilai belum merata. Banyak keluarga masih menganggap pendidikan tinggi sebagai investasi yang mahal dan tidak memberikan hasil instan, sementara pekerjaan di sektor sawit dianggap cukup untuk kebutuhan sehari-hari meski rentan terhadap fluktuasi harga komoditas.
Solusi untuk Meningkatkan Partisipasi Pendidikan Tinggi
Dr. Romi Siswanto, S.Sos., M.Si., Direktur Universitas Terbuka (UT) Pontianak, menyatakan bahwa tantangan ini memerlukan pendekatan strategis dan kolaboratif. “Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat perlu bersama-sama memperluas kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi sebagai alat mobilitas sosial dan ekonomi,” ujar Dr. Romi.
Langkah pertama yang direkomendasikan adalah sosialisasi masif tentang manfaat pendidikan tinggi hingga ke pelosok desa. Pemerintah bersama lembaga pendidikan dapat menggandeng tokoh masyarakat, organisasi lokal, serta media untuk menyebarkan informasi ini secara efektif. Selain itu, penyediaan beasiswa khusus bagi anak-anak keluarga petani sawit dapat menjadi daya tarik tambahan.
Peningkatan aksesibilitas juga menjadi kunci penting. Perguruan tinggi perlu menjangkau daerah terpencil melalui pembangunan kampus satelit atau program pendidikan jarak jauh yang terjangkau. Selain itu, kerja sama dengan sektor sawit dapat menghasilkan program pelatihan dan sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Peran Strategis Universitas Terbuka (UT)
Sebagai institusi pendidikan tinggi yang mengedepankan inklusivitas, UT hadir dengan berbagai solusi untuk memudahkan akses pendidikan di Kalimantan Barat. Melalui Sentra Layanan UT yang tersebar di setiap kabupaten/kota, masyarakat dapat mengakses pendidikan tinggi tanpa harus meninggalkan pekerjaan.
Dengan sistem pembelajaran daring, UT memungkinkan mahasiswa belajar kapan saja dan di mana saja, memberikan fleksibilitas bagi mereka yang bekerja di sektor perkebunan atau memiliki keterbatasan waktu. Selain itu, UT menawarkan biaya kuliah yang terjangkau dengan kualitas pendidikan setara universitas konvensional lainnya.
Dr. Romi Siswanto menambahkan, “UT menjadi alternatif utama bagi masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi sambil tetap bekerja. Dengan akreditasi unggul (A), UT berkomitmen menciptakan generasi yang lebih terdidik dan siap bersaing di dunia kerja global.”
Melalui pendekatan strategis ini, diharapkan masyarakat Kalimantan Barat semakin memahami pentingnya pendidikan tinggi sebagai investasi masa depan. UT, dengan fleksibilitas dan aksesibilitasnya, diharapkan menjadi motor penggerak perubahan di provinsi ini.
Diterbitkan oleh Wartalandak.net (Ya' Syahdan).