Foto, Wakil Bupati, Erani, S.T, M.T, secara simbolis memasangkan almamater kepada mahasiswa baru UT Salut Landak tahun akademik 2025.2 (dok Ya' Syahdan).
Kuliah umum dengan tema “Bela Negara” tersebut menjadi ruang refleksi yang sarat makna. Turut hadir dalam kegiatan itu, Drs. Achmad, M.Pd. yang mewakili Direktur UT Pontianak, Bapak Dian, serta sejumlah tamu undangan. Kehadiran alumni UT seperti IPDA Florensius Almiso, S.H. dan Yohanes, S.Pd., S.H., yang berbagi pengalaman kuliah di UT, menambah nuansa inspiratif. Mereka menegaskan bahwa UT memberi kesempatan tanpa batas, tidak membedakan usia, latar belakang pendidikan, maupun kesibukan pekerjaan.
Sambutan dan Permohonan Maaf
Mengawali kuliahnya, Wakil Bupati Erani menyampaikan salam hangat sekaligus permohonan maaf dari Bupati Landak, yang sedianya ingin hadir namun terhalang agenda penting yang tidak dapat diwakilkan. “Saya hadir mewakili beliau, sekaligus ingin berbagi pengalaman dan pandangan. Semoga waktu singkat ini dapat kita gunakan sebaik-baiknya, bukan hanya sebagai formalitas, tetapi benar-benar memberi manfaat,” ujarnya.
Bela Negara dalam Perspektif Kekinian
Dalam paparannya, Erani menekankan bahwa bela negara bukan sekadar angkat senjata atau masuk dalam institusi militer. Di era sekarang, bela negara lebih luas maknanya: belajar dengan sungguh-sungguh, berprestasi, menghormati aturan, dan menjaga karakter. “Jika mahasiswa mampu berprestasi dan mengharumkan nama daerah maupun bangsa, itu adalah bentuk bela negara. Bahkan ketika kita taat aturan, menghormati dosen, itu pun bagian dari bela negara,” jelasnya.
Ia menambahkan, tantangan bangsa saat ini berbeda dengan masa perjuangan kemerdekaan. Jika dulu musuh datang dari luar, kini tantangan datang dari internal bangsa: narkoba, kekerasan seksual, dan tindak kriminal lainnya. Menurutnya, permasalahan tersebut tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab bersama, termasuk mahasiswa.
Pentingnya Karakter dan Integritas
Dalam bagian lain, Erani menekankan pentingnya karakter sebagai fondasi utama dalam pembangunan bangsa. Ia mengutip sebuah pernyataan bijak: “Kalau kita kehilangan uang, kita tidak kehilangan apa-apa. Kalau kita kehilangan kesehatan, kita kehilangan sesuatu. Tapi kalau kita kehilangan karakter, kita kehilangan segalanya.”
“Uang dan kekuasaan tanpa karakter justru bisa menjerumuskan seseorang pada kejahatan. Oleh karena itu, integritas harus menjadi bagian dari bela negara,” tegasnya.
Erani kemudian berbagi pengalaman pribadi, bahwa meskipun dirinya bukan lulusan universitas ternama, berkat ketekunan dan kerja keras, ia bisa mendapat kesempatan melayani masyarakat sebagai Wakil Bupati. Ia ingin membuktikan bahwa kualitas bukan semata ditentukan nama besar perguruan tinggi, melainkan oleh kesungguhan dan dedikasi.
Refleksi Kehidupan dan Bela Negara
Dalam kuliah umum tersebut, Erani juga menyampaikan kisah nyata seorang sahabatnya yang memiliki harta melimpah – mulai dari puluhan excavator hingga apartemen di luar negeri – namun merasa tidak bahagia karena anak-anaknya tidak patuh dan hidupnya penuh kegelisahan. “Ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh banyaknya harta, melainkan oleh keberhasilan membangun karakter, keluarga, dan pengabdian,” ujarnya.
Pesan ini menjadi pengingat bagi para mahasiswa bahwa kuliah di UT bukan hanya untuk mengejar gelar, melainkan juga kesempatan membentuk pribadi yang utuh, siap melayani masyarakat, dan berkontribusi bagi bangsa.
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Erani berharap mahasiswa UT Salut Landak tidak sekadar menjadi bagian dari sistem pendidikan, tetapi juga agen perubahan di tengah masyarakat. Ia mengajak mahasiswa untuk selalu terbuka menyampaikan aspirasi, kritik, dan gagasan secara etis. “Pemerintah Kabupaten Landak siap berdialog dan menindaklanjuti masukan mahasiswa sesuai kewenangan. Mari bersama-sama membangun kabupaten ini, rumah besar kita bersama,” katanya.
ASN sebagai Pelayan, Bukan Penguasa
Di hadapan mahasiswa, Erani juga menyinggung peran Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai wajah negara di masyarakat. Ia menegaskan, paradigma ASN harus bergeser dari penguasa menjadi pelayan. “Negara hadir melalui ASN untuk melayani masyarakat, bukan untuk dilayani. Jika ASN gagal menjalankan perannya, maka negara hadir dengan wajah yang salah,” tegasnya.
Penutup yang Menginspirasi
Mengakhiri kuliahnya, Wakil Bupati Landak kembali menekankan pentingnya kontribusi setiap individu, sekecil apa pun, bagi pembangunan bangsa. “Mungkin kita tidak bisa selalu menjadi solusi, tapi paling tidak kita jangan menjadi beban. Jika kita bisa menjadi bagian dari solusi, itu jauh lebih baik. Bela negara bukan hanya kewajiban, tetapi juga panggilan hati untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa,” tuturnya.
Kegiatan kuliah umum ini ditutup dengan doa dan harapan agar mahasiswa UT Salut Landak mampu menempuh pendidikan dengan penuh semangat, membangun karakter, serta menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh, berintegritas, dan peduli pada bangsa.
Penulis Ya' Syahdan.